

"If I had an hour to solve a problem, I'd spend 55 minutes thinking about the problem and 5 minutes thinking about the solutions" - Albert Einstein
Kalau kita sebut Public Speaking sebagai aktivitas 'Bicara', tentu tidak aneh. Namun jika saya katakan bahwa sebagian besar kesuksesan Public Speaking justru ditentukan dari aktivitas di luar 'Bicara', tentu terdengar aneh. Tapi ini kenyataan, bahkan banyak Pemimpin gagal dalam aktivitas Public Speaking atau Presentasi-nya, karena terlalu fokus pada 'Bicara' dan mengabaikan faktor lainnya.
Dalam satu kesempatan, seorang Manajer ingin mempresentasikan sebuah ide inovasi kepada jajaran Board of Director. Disiapkannya bahan presentasi, animasi yang memukau, bahkan bicaranya pun dilatih berkali-kali. Saat hari H, Manajer ini masuk ruangan rapat dengan penuh semangat, merasa siap, dan yakin idenya diterima.
Baru menyampaikan beberapa kalimat, salah satu Board of Director bertanya, "Kalau ini diterapkan, gak sesuai dengan budaya dan nilai sejarah perusahaan kita... Bagaimana kamu akan melakukannya?"... Sang Manajer pun menyatakan dengan keyakinan penuh bahwa budaya dan nilai sejarah yang dimaksud dan dianut saat ini justru jadi penghalang masa depan perusahaan, dimana inovasinya menjadi solusi untuk melakukan perubahan.
Sesi presentasi pun berlanjut, namun jauh dari harapan. Salah satu Board of Director tadi malah menceramahi Sang Manajer tentang pentingnya memegang budaya dan nilai sejarah perusahaan, karena itu adalah spirit yang menjaga jalannya perusahaan dalam mengejar Visi kebaikan di masa depan, bukan sekedar mencari uang dan mengeruk keuntungan. "Inilah jiwa kita, dan ini dirasakan pelanggan-pelanggan kita sehingga mereka loyal!"
Presentasi berakhir dalam hanya 15 menit. Presentasi itu dihargai sebagai sebuah upaya, namun tidak mendapat atensi yang diharapkan.
Apa masalahnya?
Manajer tadi punya ide inovasi bagus, dan matang. Namun Sang Manajer melewatkan satu hal penting, yaitu Audience-nya. Manajer tadi menyampaikan hal bagus, namun melawan keyakinan Audience. Jika ini sesi kuliah dimana Manajer menjadi dosen, tentu sah-sah saja. Namun saat dia menghadapi Board of Director sebagai Decision Maker, Manajer tadi 'hanya' tamu, mengisi sedikit waktu diantara kesibukan para Audience. Manajer tersebut perlu paham situasi bahwa dirinya perlu bisa meyakinkan Board of Director secara cepat tanpa menimbulkan perselisihan paham yang tak perlu.
Manajer tersebut mungkin menyampaikan hal benar, bahwa perusahaan butuh inovasi. Namun dia gagal menyampaikannya secara tepat sesuai situasi.
Di awal artikel saya menuliskan satu quote dari Albert Einstein. Quote itu menunjukkan betapa pentingnya 'memahami masalah' sebelum bersegera lompat pada solusi. Di kontek Public Speaking, 'memahami masalah' adalah tentang memahami siapa Audience-nya, termasuk seperti apa latar belakang, cara berpikir, keyakinan-keyakinannya. Selain itu, 'memahami masalah' juga tentang paham betul seperti apa posisi dirinya di depan Audience, siapa Decision Maker dalam presentasi tersebut, serta apa batasan-batasan dirinya sebagai presenter ide.
'Memahami masalah' atau 'Memahami situasi', adalah kunci penting dalam Public Speaking, utamanya saat kita ingin menghadirkan Pengaruh demi mencapai tujuan tertentu. Bukankah yang terpenting adalah tercapainya tujuan?
Terkadang kita perlu sedikit mengalah, demi menang. Jika Audience sangat menghargai budaya dan nilai sejarah, sampaikan inovasi kita dalam sudut pandang yang bersahabat dengan budaya dan nilai sejarah perusahaan, bukan malah menentangnya. Mungkin diantara Audience kita adalah sosok dengan pemikiran 'yang penting cuan', maka sampaikan inovasi kita dalam sudut pandang keuntungan finansial bagi perusahaan. Jika Audience kita adalah orang-orang dengan pemikiran mulia akan nilai kebaikan, fokuslah menyampaikan dalam sudut pandang itu.
Ide kita pasti bagus, namun orang lain belum tentu menerimanya dalam kualitas sama, kecuali sesuai dengan keyakinan mereka sebelumnya.
Jadi, pahami situasi, lakukan persiapan matang berdasar situasi tersebut. Turunkan sedikit ego untuk mau menyesuaikan dengan ego Audience. Dari langkah ini, pencapaian tujuan menjadi lebih dekat.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Ditulis oleh: Dr. Surya Kresnanda